CONTOH MAKALAH KEPEMIMPINAN DALAM MASYARAKAT ISLAM

Kepemimpinan Dalam Masyarakat Islam


Kata Pengantar

            Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kepemimimpinan Dalam Islam
            Makalah  ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
             Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
            Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 1 Oktober 2015


BAB I
Pendahuluan

1.                  Latar Belakang Masalah
            Kepemimpinan dalam islam merupakan suatu hal yang sangat menarik untuk didiskusikan. Kepemimpinan ini timbul karena sudah tidak ada lagi rasul dan nabi setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Oleh karena itu kepemimpinan dalam islam sekarang ini sudah ada bahkan sampai saat ini sudah berkembang.
            “ Setiap kamu adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinannya”. Kata kata tersebut merupakan hal yang paling cocok untuk kita sebagai seorang muslim. Kenapa tidak?, karena manusia diturunkan dibumi ini adalah sebagai khalifah. Kita juga tahu bahwa seorang muslim adalah seorang pemimpin yaitu memimpin dirinya sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Tetapi bukan hanya diri sendiri saja yang dipimpin bahkan kita sebagai seorang muslim dapat memimpin keluarga bahkan masyarakat di luar sana dan tentu dengan bertanggung jawab atas apa yang kita pimpin.
            Sampai saat ini masih banyak sekali orang ysng kursng tsu mengenai kriteria  pemimpin dalam islam dan cara memimpin dalam islam. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan, melihat banyaknya perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan yang diajarkan dalam islam. Penyebabnya adalah karena peran pemimpin yang kurang mampu membawa masyarakat kearah yang lebih baik.

2.                  Alasan Pemilihan Judul
            Adapun alasan kami memilih judul makalah ini yaitu sebaga berikut:
1. Karena sudah ditentukan menjadi tema untuk kelompok kami.
2. Sangat menarik untuk dibahas karena dapat mengetahui cara memimpin masyarakat menurut       islam.
3. Dapat mengetahui dan memahami cara memimpin masyarakat menurut islam sehingga dapat di    praktikan di kehidupan sehari-hari.

3.                  Perumusan dan Pembatasan Masalah
A. Rumusan Masalah
            Dari uraian latar belakang masalah diatas maka yang menjadi pokok permasalahan             dalam makalah ini adalah:
1.Apa yang dimaksud kepemimpinan dan pemimpin dalam islam?
2. Bagaimana kriteria pemimpin dalam islam?
3. Hukum memilih calon pemimpin dalam islam
4. Bagaimana islam mengatur dalam menegur pemimpin ketika melakukan kesalahan?
5. Apa saja dalil yang menjelaskan tentang kepemimpinan dalam islam?.

B. Pembatasan Masalah

            Didalam makalah ini kami memberi batasan-batasan masalah yang berkenaan isi dari makalah ini. Hal ini dilakukan karena untuk memudahkan pembaca dalam mengidentifikasi hal-hal yang berhubungan dengan kepemimipinan dalam masyarakat islam. Adapun hal-hal      lain yang kami parpakan merupakan pelengkap dari isi makalah ini sehingga dapat dengan mudah untuk dipahami pembaca apa yang dimaksud dari makalah ini.


BAB II
PEMBAHASAN

            1. Identitas Narasumber dan Penjelasan

            Ketika ingin memulai pembahasan ada baiknya kita melakukan suatu wawancara dengan seorang narasumber yang tahu atau ahli dalam pokok pembahasan ini supaya dapat membantu kita untuk mengetahui dan memahaminya.Narasumber kami adalah Bapak Wahyudin beliau merupakan seorang uztad sekaligus guru di At-Taufiq. Adapun profil Bapak Wahyu sebagai berikut:


Nama                           : Wahyudin S.Pd
Tempat, tanggal lahir   : Jakarta. 20 Maret 1980
Agama                         : Islam
Alamat                         : Jl. H. Sirun Rt 005/01 No 19 Ceger
Pekerjaan                     : Guru
Pendidikan terakhir     : S1- IPRIJA ( Institut Pembina Rohani Islam Jakarta )
Beliau memiliki satu orang istri dan dua orang anak, yang pertama bersekolah di SDIT kelas 3 dan yang kedua masih Playgroup.

            A. Kepemimpinan dan Pemimpin Menurut Islam

            Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan seseorang sehingga ia memperoleh rasa hormat (respect), pengakuan (recognition), kepercayaan (trust), ketaatan (obedience), dan kesetiaan (loyalty) untuk memimpin kelompoknya dalam kehidupan bersama menuju cita-cita.
Secara sederhana, apabila berkumpul tiga orang atau lebih kemudian salah seorang di antara mereka “mengajak” teman-temannya untuk melakukan sesuatu seperti: nonton film, berman sepek bola, dan lain-lain, orang tersebut telah melakukan “kegiatan memimpin”, karena ada unsur “mengajak” dan mengkoordinasi, ada teman dan ada kegiatan dan sasarannya. Tetapi, dalam merumuskan batasan atau definisi kepemimpinan ternyata bukan merupakan hal yang mudah dan banyak definisi yang dikemukakan para ahli tentang kepemimpinan yang tentu saja menurut sudut pandangnya masing-masing. Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :
a. Koontz & O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.
b. Wexley & Yuki [1977], kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.
c. Georger R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.
            Arti Kepemimpinan Islam Imamah atau kepemimpinan Islam adalah konsep yang tercantum dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, yang meliputi kehidupan manusia dari pribadi, berdua, keluarga bahkan sampai umat manusia atau kelompok. Konsep ini mencakup baik cara-cara memimpin maupun dipimpin demi terlaksananya ajaran Islam untuk menjamin kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat sebagai tujuannya. Kepemimpinan Islam, sudah merupakan fitrah bagian setiap manusia yang sekaligus memotivasi kepemimpinan yang Islami. Manusia di amanahi Allah untuk menjadi khalifah Allah [wakil Allah] di muka bumi : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." [Q.S.al-Baqarah:30],
Kholifah bertugas merealisasikan misi sucinya sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta. Sekaligus sebagai abdullah [hamba Allah] yang senantiasa patuh dan terpanggil untuk mengabdikan segenap dedikasinya di jalan Allah. Sabda Rasulullah :
“Setiap kamu adalah pemimpim dan tiap-tiap pemimpin dimintai pertanggungjawabannya [responsibelitiy-nya]”. Manusia yang diberi amanah dapat memelihara amanah tersebut dan Allah telah melengkapi manusia dengan kemampuan konsepsional atau potensi [fitrah] :  Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" [Q.S.al-Baqarah:31], serta kehendak bebas untuk menggunakandan memaksimalkan potensi yang dimilikinya
            Konsep amanah yang diberikan kepada manusia sebagai khalifal fil ardli menempati posisi senteral dalam kepemimpinan Islam. Logislah bila konsep amanah kekhalifahan yang diberikan kepada manusia menuntut terjalinannya hubungan atau interaksi yang sebaik-baiknya antara manusia dengan pemberi amanah [Allah], yaitu: [1] mengerjakan semua perintah Allah, [2] menjauhi semua larangan-Nya, [3] ridha [ikhlas] menerima semua hukum-hukum atau ketentuan-Nya. Selain hubungan dengan pemberi amanah [Allah], juga membangun hubungan baik dengan sesama manusia serta lingkungan yang diamanahkan kepadanya [Q.S.Ali Imran:112]. Tuntutannya, diperlukan kemampuan memimpin atau mengatur hubungan vertical manusia dengan Sang Pemberi [Allah] amanah dan interaksi horizontal dengan sesamanya. Jika kita memperhatikan teori-teori tentang fungsi dan peran seorang pemimpin yang digagas dan dilontarkan oleh pemikir-pemikir dari dunia Barat, maka kita akan hanya menemukan bahwa aspek kepemimpinan itu sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas maupun kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi secara horizontal semata. Konsep Islam, kepemimpinan sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas, kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi baik secara horizontal maupun vertikal.
            Kemudian, dalam teori-teori manajemen, fungsi pemimpin sebagai perencana dan pengambil keputusan [planning and decision maker], pengorganisasian [organization], kepemimpinan dan motivasi [leading and motivation],pengawasan [controlling] dan lain-lain[4].
            Uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa, kepemimpinan Islam adalah suatu proses atau kemampuan orang lain untuk mengarahkan dan memotivasi tingkah laku orang lain, serta ada usaha kerja sama sesuai dengan al-Qur’an dan Hadis untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama.

            B. Kriteria Pemimpin Menurut Islam

            Setiap manusia yang terlahir dibumi dari yang pertama hingga yang terakhir adalah seorang pemimpin, setidaknya ia adalah seorang pemimpin bagi dirinya sendiri. Bagus tidaknya seorang pemimpin pasti berimbas kepada apa yang dipimpin olehnya. Karena itu menjadi pemimpin adalah amanah yang harus dilaksanakan dan dijalankan dengan baik oleh pemimpin tersebut,karena kelak Allah akan meminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya itu. Dalam Islam sudah ada aturan-aturan yang berkaitan tentang pemimpin yang baik diantaranya :
1. Beriman dan Beramal Shaleh
Ini sudah pasti tentunya. Kita harus memilih pemimpin orang yang beriman, bertaqwa, selalu menjalankan perintah Allah dan rasulnya. Karena ini merupakan jalan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang damai, tentram, dan bahagia dunia maupun akherat. Disamping itu juga harus yang mengamalkan keimanannya itu yaitu dalam bentuk amal soleh.
2. Niat yang Lurus
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang 
ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut”
Karena itu hendaklah menjadi seorang pemimpin hanya karena mencari keridhoan ALLAH saja dan sesungguhnya kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab dan beban, bukan kesempatan dan kemuliaan.
3. Laki-Laki
Dalam Al-qur'an surat An nisaa' (4) :34 telah diterangkan bahwa laki laki adalah pemimpin dari kaum wanita.
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara “
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.”(Hadits Riwayat Al-Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya).
4. Tidak Meminta Jabatan
Rasullullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahu’anhu,
”Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
5. Berpegang pada Hukum Allah
Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin.
Allah berfirman,
”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (al-Maaidah:49).
6. Memutuskan Perkara Dengan Adil
Rasulullah bersabda,
”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerusmuskan oleh kezhalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Kabir).
7. Menasehati rakyat
Rasulullah bersabda,
”Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya).”
8. Tidak Menerima Hadiah
Seorang rakyat yang memberikan hadiah kepada seorang pemimpin pasti mempunyai maksud tersembunyi, entah ingin mendekati atau mengambil hati.Oleh karena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari rakyatnya. Rasulullah bersabda,
” Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.” (Riwayat Thabrani).
9. Tegas
ini merupakan sikap seorang pemimpin yang selalu di idam-idamkan oleh rakyatnya. Tegas bukan berarti otoriter, tapi tegas maksudnya adalah yang benar katakan benar dan yang salah katakan salah serta melaksanakan aturan hukum yang sesuai dengan Allah, SWT dan rasulnya.
10. Lemah Lembut
Doa Rasullullah :
"Ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara umatku lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yang mengurus satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah kepadanya"
Selain poin- poin yang ada di atas seorang pemimpin dapat dikatakan baik bila ia memiliki STAF. STAF disini bukanlah staf dari pemimpin, melainkan sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tersebut. STAF yang dimaksud di sini adalah Sidiq(jujur), Tablig(menyampaikan), amanah(dapat dipercaya), fatonah(cerdas)
Sidiq itu berarti jujur.
Bila seorang pemimpin itu jujur maka tidak adalagi KPK karena tidak adalagi korupsi yang terjadi dan jujur itu membawa ketenangan, kitapun diperintahkan jujur walaupun itu menyakitkan.Tablig adalah menyampaikan, menyampaikan disini dapat berupa informasi juga yang lain. Selain menyampaikan seorang pemimpin juga tidak boleh menutup diri saat diperlukan rakyatnya karena Rasulullah bersabda,
”Tidaklah seorang pemimpin atau pemerintah yang menutup pintunya terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinan kecuali Allah akan menutup pintu-pintu langit terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinannya.” (Riwayat Imam Ahmad dan At-Tirmidzi).
Amanah berarti dapat dipercaya. Rasulullah bersabda,
” Jika seorang pemimpin menyebarkan keraguan dalam masyarakat, ia akan merusak mereka.” (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Al-hakim).
Karena itu seorang pemimpin harus ahli sehingga dapat dipercaya.Fatonah ialah cerdas. Seorang pemimpin tidak hanya perlu jujur, dapat dipercaya, dan dapat menyampaikan tetapi juga cerdas. Karena jika seorang pemimpin tidak cerdas maka ia tidak dapat menyelesaikan masalah rakyatnya dan ia tidak dapat memajukan apa yang dipimpinnya.

            C.  Hukum Memilih Calon Pemimpin Menurut Islam

            Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa larangan bersikap golput, atau tidak ikut dalam memilih pemimpin. Para ulama mengatakan, wajib bagi rakyat untuk memilih pemimpin. Kalau yang dipilih ada, namun tidak ikut memilih, maka menjadi haram.
"Seorang pemimpin punya kedudukan tinggi, dan orang yang memuliakan pemimpin, maka Allah akan memuliakannya. Dan orang yang merendahkan kedudukan pemimpin, maka Allah juga akan merendahkan dirinya". (HR. Ahmad).

            Al-Mawardi juga menyatakan bahwa hukum mengangkat/memilih pemimpin dalam Islam adalah wajib. Beliau berkata: Imam (pemimpin) itu diangkat sebagai pengganti Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dalam memimpin, untuk menjaga kemashlatan umat dan menjaga agama. Kemudian Ibnu Khaldun berkata: Sesungguhnya mewujudkan pemimpin itu adalah wajib dengan Ijma’ Ulama. Ahlussunnah Wal Jama’ah juga memandang wajibnya memilih pemimpin. Namun di negara kita ini sangat disayangkan, dalam setiap pemilihan calon pemimpin, masih banyak umat Islam yang menyia-nyiakan suaranya, sehingga tidak sedikit calon pemimpin Islam yang kalah dalam pemilihan, padahal mengangkat pemimpin dalam Islam diperintahkan, baik dalam Al-Qur’an maupun Hadits. Jadi wajib hukumnya memilih pemimpin dan haram hukumnya golput, karena bisa jadi, dengan sebab satu orang yang tidak menggunakan hak pilihnya, hingga orang kafir yang menang, padahal Al Qur'an melarang kita mengangkat orang kafir sebagai pemimpin (QS. Al-Imran: 28, QS. Al-Nisa: 138-139, QS. Al-Nisa: 144, QS. Al-Ma’idah: 51).

            Terkadang kita begitu apatis dengan pemimpin yang korup, sehingga memilih golput. Sikap golput atau tidak memilih pemimpin merupakan sikap yang kurang bijak. Dalam Islam, kepemimpinan itu penting, sehingga Nabi pernah berkata, "jika kalian bepergian, pilihlah satu orang jadi pemimpin".

            D. Islam Mengatur Dalam Menegur Pemimpin Ketika Melakukan                                                 Kesalahan

            Untuk menghindari rusaknya pemimpin, maka masyarakat mempunyai hak untuk menasehati pemimpin tersebut, sebagaimana dinyatakan dalam hadits: “Sesungguhnya Allah rela kepada kamu dalam tiga perkara, pertama kamu menyembahNya dan tidak menyekutukanNya, kedua kamu berpegang teguh kepada agama Allah seluruhnya dan tidak berpecah belah, dan ketiga kamu menasehati orang yang dilantik oleh Allah untuk memimpin urusan kamu." (HR. Muslim).  
            Bahkan menasihati pemimpin yang zalim termasuk jihad yang paling afdhal. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam: “Jihad yang paling utama adalah menyampaikan perkataan yang ‘adil di depan penguasa atau pemimpin yang zhalim.”(HR. Abu Daud)
Itulah sebabnya dalam hadis disebutkan: “Barangsiapa diantara kamu melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia mencegahnya dengan tangannya, apabila dia tidak mampu mencegah dengan tangannya, maka hendaklah dia mencegahnya dengan lidahnya, dan apabila tidak mampu juga, maka hendaklah dia mencegahnya dengan hati, dan tindakan yang terakhir ini merupakan selemah-lemah iman“. Dan itu juga berlaku terhadap pemimpin yang melakukan kesalahan.

            E. Dalil yang Menjelaskan Tentang Kepemimpinan Dalam Islam

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء وَتُعِزُّ مَن تَشَاء وَتُذِلُّ مَن تَشَاء بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ         Katakanlah: ”Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS Al-'Imran(3):26)

                    وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ (البقرة:30
                    “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Al Baqarah: 30)


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاًً (النساء:59
                    ” Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah SWT dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah SWT (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QSAn-Nisa:59)

ادَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ (ص:26 -
                    ”Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah SWT akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”(QsShad:26)

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا (الفرقان:74
                    “Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”.. (QS Al Furqan: 74)

2. Hambatan Narasumber
            Dalam menjalankan atau menjadi seorang pemimpin akan ada hambatannya. Adapun hambatan tersebut terbagi menjadi 2 faktor :
            1. Fakor internal
            Kurangnya motivasi dari pemimpin itu sendiri, emosi yang tidak stabil, tidak percaya diri, takut dalam mengambil resiko, terbatasnya kecakapan pemimpin.
            2. Fakor eksternal
            Tidak adanya dukungan dari orang terdekat, tidak adanya dukungan dari bawahan, terlalu banyak tekanan.

3. Hambatan Keinginan Narasumber
            Untuk mewujudkan suatu keinginan agar terlaksananya kepemimpinan menurut islam yaitu  pandangan Islam tidak hanya menjalankan roda pemerintahan begitu saja namun seorang pemimpin harus mewajibkan kepada rakyatnya untuk melaksanakan apa saja yang terdapat dalam syariat Islam walaupun bukan beragama Islam. Serta mempengaruhi rakyatnya untuk selalu mengikuti apa yang menjadi arahan dari seorang pemimpin.
       Seorang pemimpin harus memiliki sifat STAF, yaitu : 
       Shidiq (selalu berkata dan berikap jujur dan benar)
       Tabligh (accountable dan auditable)
       Amanah (credible dan capable)
       Fathanah (smart dan visioner)




BAB III

PENUTUP


1. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah
sebuah amanah yang harus diemban dengan sebaik-baiknya, dengan penuh tanggung jawab,
profesional dan keikhlasan. Sebagai konsekuensinya pemimpin harus mempunyai sifat
amanah, profesional dan juga memiliki sifat tanggung jawab. Kepemimpinan bukan
kesewenang-wenangan untuk bertindak, tetapi kewenangan melayani untuk mengayomi dan
berbuat seadil-adilnya. Kepemimpinan adalah keteladanan dan kepeloporan dalam bertindak
yang seadil-adilnya. Kepemimpinan semacam ini hanya akan muncul jika dilandasi dengan
semangat amanah, keikhlasan dan nilai-nilai keadilan.

2. Saran
           
            Setelah kita mengetahui sebagian ciri- ciri pemimpin menurut islam. Marilah kita memilih dan membuat diri kita mendekati bahkan jika bisa menjadi seperti ciri- ciri pemimpin yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan dalam islam karena kita merupakan mahasiswa dan sebagai penerus bangsa.



Daftar Pustaka

Narasumber Bapak Wahyudin S.Pd
Al Quran dan Terjemahan
www.dakwatuna.com
islamiccenter.upi.edu/2015/02/kepemimpinan-dalam-islam
kepemimpinandalamal-quran.blogspot.com
pp-darussalam.blogspot.com

Comments

Popular posts from this blog

Perbedaan PPIP dengan PPMP

Contoh TA, " Prosedur Pembukaan Tabungan pada PT BCA, Tbk ”

Contoh Makalah Ekonomi "UANG DAN BANK"